Wednesday, April 20, 2011

Kisah sukses kebun durian pak Midian Simanjuntak




Oleh : Sukoyo
Pensiunan Bank BRI tinggal di Yogyakarta



Sebagian besar pembaca tentu telah mengenal nama Pak Midian, meski belum pernah satu unit kerja, teman sekantor atau menjadi anak buah. Jabatan yang pernah dijalaninya antara lain: Pinca Surabaya Pasarturi tahun 80 an, pernah menjadi Counterpart pada Konsultan Buz Allen & Hamilton, kemudian berturut-turut sebagai Pinwil Makassar, Semarang, Surabaya. Terakhir CEO Inter Pasific Bank.


Lokasi Kebun

Kebun durian milik Pak Midian tersebut berlokasi di Dusun Mekarsari, Desa Tanjungrasa, Kecamatan Ciniru, Kabupaten Bogor. Untuk mencapai lokasi kebun tersebut bisa diakses melalui jalan raya Cibubur – Cileungsi – Jonggol – Ciriu – Ciranjang – Cianjur. Sekitar 200 meter setelah pal batu kilometer JKT 87, ada jalan desa ke kanan menuju ke kebun sejauh 2 km. Jarak 87 km tersebut adalah dari stasiun KA Jakarta Kota. Sedang kalau lewat jalan toll Jagorawi, dari interchange Cawang hanya 60 km atau 45 km dari pintu keluar Cibubur. Penulis berharap para pembaca khususnya yang pernah tinggal di Jakarta bisa membayangkan lokasi kebun lewat rute tersebut.

Pengalaman masa kecil yang mengilhaminya berkebun durian

Sejak masa kanak-kanak Pak Midian sudah familiar dengan buah durian. Bahkan untuk sarapan pagi hari di musim panen durian, dia biasa makan ketan dengan “lauk” durian. Orang tuanya di desa Tanjung Pasir, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Sumut kebetulan memiliki 15 pohon durian jenis lokal. Semenjak kecil selama musim durian dia sudah biasa ikut menemani ayahnya menjaga 15 pohon durian miliknya. Bila ada durian yang jatuh, dia harus bergegas memungutnya, karena takut keduluan orang lain. Hasil penjualan durian sangatlah berarti untuk menopang kondisi finansial keluarga, bahkan tidak jarang cukup untuk membiayai pengeluaran Pak Midian ketika masih kuliah di IPB antara tahun 1963-1969. Dengan pengalaman masa lalunya dan kemudian melihat harga durian di Jakarta yang 5 X lipat dari harga penjualan durian ayahnya, dia berkeyakinan bahwa berkebun durian sangatlah menguntungkan.

“Durian Juntak” sebagai merek dagang.

Produksi buah durian Monthong yang ditanamnya sengaja diberi merek “Durian Juntak”, yang merupakan penggalan nama marga Simanjuntak. Dengan merk tersebut durian produksinya dipromosikan melalui berbagai media. Kebun durian tersebut didirikan, dikelola, dibiayai dan dimiliki keluarga Simanjuntak, dan Ir. Midian Simanjuntak MBA sebagai kepala keluarga. Jenis durian yang ditanam adalah Monthong, yang memang sudah terkenal di pasar supermarket maupun toko-toko buah yang ada di Jakarta. Pilihan jenis tersebut dengan pertimbangan semua orang sudah kenal, sehingga tidak perlu promosi lagi.

Tampil beda dengan posisioning: Durian jatuhan atau matang pohon !

Meski sama-sama jenis Monthong, durian “Juntak” memiliki kelebihan dibanding durian yang dijual di Supermarket atau Toko-toko buah. Durian “Juntak” dijamin matang pohon atau jatuhan. Semua durian yang dijual adalah durian matang pohon atau biasa dijuluki “jatuhan”. Berbeda dengan durian impor terutama yang dari Thailand, semuanya adalah durian petikan. Durian impor tidak mungkin berasal dari “jatuhan”, karena lama perjalanan sejak dari kebun di Thailand hingga ke supermarket atau toko buah di Jakarta, bila menggunakan angkutan laut paling tidak diperlukan waktu 2 minggu. Hanya durian petikan yang tahan yang bisa tahan selama itu. Bila durian jatuhan, maka dalam perjalanan selama 2 minggu pastilah sudah akan retak dan menjadi busuk.

Perjalanan panjang “rute” yang ditempuh durian “juntak”

Saat ini luas kebun ada 25 Ha, dengan jumlah 2517 pohon durian Monthong. Namun kilas balik perjalanan riwayat kebun tersebut cukuplah panjang. Menurut Pak Midian, untuk mewujudkan impiannya memiliki kebun durian seperti yang ada saat ini, bukan semata-mata kemampuan finansial yang memadai. Tetapi juga sangatlah dibutuhkan penguasaan teknologi, kerajinan, kesabaran, keuletan dan ketekunan yang tinggi. “Kami membayar sangat mahal, baik waktu dan uang untuk belajar merawat durian” kata Pak Midian pada suatu kesempatan. Oleh karena itu, hanya orang yang memiliki rasa cinta yang tinggi terhadap makhluk hidup (hewan dan tanaman) yang berpeluang sukses. Merawat hewan atau tanaman jauh lebih sulit dibanding merawat manusia. Mengapa, karena mereka tidak bisa mengatakan atau mengeluh, apakah mereka lapar atau sakit. Sebagai gambaran diantaranya, masa-masa terpahit selama 12 tahun pertama terus menerus mengeluarkan uang tanpa pemasukan (cash inflow) sama sekali !

Dimulai tahun 1981 dengan membeli tanah 5 HA di Ciriu seharga Rp.5,- juta. Tahun 1986, uji coba penanaman durian di Bekasi di atas lahan 1,2 HA. Menyusul tahun penanaman di Ciriu, sekitar 10 HA. Pengelolaan diserahkan orang lain. Ternyata orang tersebut tidak memiliki cukup kemauan dan kemampuan yang cukup untuk menanggulangi berbagai masalah kebun durian. Khususnya jenis Monthong yang sangat disenangi banyak hama dan penyakit. Tingkat kematian pohon 50% setahun. Dari 951 bibit yang ditanam tahun 1987, dalam 10 tahun tinggal hanya 178 pohon. Penanaman pertama taun 1987, selain durian Monthong, ditanam pula lengkeng Bangkok dan rambutan rafiah. Tahun 2002 sebagian tanaman tersebut diganti durian. Yang sisa sekarang 106 pohon lengkeng dan 33 pohon rambutan. Berbagai tanaman lainnya meliputi avocado, jambu air, jambu biji, mangga, jeruk Bali, nangka, kedondong, manggis, belimbing dan sawo. Tanaman-tanaman tersebut khusus untuk konsumsi sendiri tidak untuk tujuan komersial

No comments:

Post a Comment